More Links

Dhamma itu indah diawalnya, indah dipertengahan, dan indah pula pada akhirnya.

Selasa, 08 Maret 2011

Semangkuk Mie

kisah semangkuk Mie

Ani merasa bosan dengan makanan yang disuguhkan mamanya hari ini, menunya tak lebih dari tempe dan sayur asem.

“mama,..kenapa kita Cuma makan ini saja, pokoknya kalau tidak ada daging saya tidak mau makan !”

“Ani,..bersabarlah, papamu belum gajian, mungkin besok baru kita bisa beli daging!” kata mamanya. Akirnya dengan marah Ani meninggalkan meja makan dan kabur dari rumahnya. Ditengah jalan Ani melihat seorang anak gelandangan sedang mencari sisa2 nasi didalam tumpukan tempat sampah. Ani menghampiri dan bertanya “itukan kotor ? apa kamu mau makan itu?” “Kami sdh biasa makan seperti ini, dan sejak kedua orang tua saya sakit sayalah yang menggantikan mencari uang dan makanan untuk makan !”kata anak gelandangan itu, sambil memunguti sisa-sisa makanan dari tempat sampah.

Ani berpikir, malang sekali anak itu, sampai harus memungut nasi ditempat sampah, akhirnya malampun tiba, perut Ani yang sejak tadi kosong mulai lapar, dan berbunyi. Tiba-tiba lewat seorang penjual Mie dengan gerobaknya. Pedagang tua itu segera memasakkan semangkuk mie untuk Ani karena dia melihat anak itu tampak lapar.” Ini makan lah !” kata sibapak penjual Mie. Ani merasa terharu, kala ia sedang lapar-laparnya ada yang menawari semangkuk Mie, Ani memeluk sibapak tukang Mie sambil mengucapkan terima kasih.

“Apakah kamu juga sdh berterimakasih sama kedua orang tua kamu seperti ini, saya hanya memberi kamu semangkuk Mie, sedangkan orang tua kamu telah memberikan bermangkuk-mangkuk makanan, tapi kamu malah meninggalkan mereka dan tidak berterimakasih pada mereka, saran bapak, setelah makan Mie, kamu pulanglah dan meminta maaf kepada mereka.” Ucap sipenjual Mie itu.

Setelah menghabiskan Mie, Ani pun pulang dan meminta maaf pada Mama dan papanya, dan berjanji apapun makanan yang disajikan ia akan selalu berterimakasih kepada kedua orangtua nya.

Kadang kita lupa seberapa banyak yang orang tua kita perbuat untuk kita, namun kita justru melupakannya, dan kebaikan orang lain kita kenang selamanya, sebenarnya jasa orang tua melebihi apapun didunia, ibarat kata mempersembahkan dua gunung pun masih belum bisa membalas kebaikan orang tua, karena Orang tua adalah Dewa Hidup yang patut kita sembah sujud, sebelum kita menyembah dan bersujud kepada Orang lain, dan para Boddhisatva. _/\_Namaste.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar