Suatu hari seorang anak berumur 13 tahun meminjam sebuah telpon kepada sebuah toko, telpon umum itu menggantung ditembok, tidak terjangkau oleh sianak tersebut, lalu dia menarik sebuah barel lalu anak tersebut berdiri pada barel itu dan mulai memutar nomer-nomer yang ditujunya.
"Halo, selamat siang, Bolehkah saya melamar bekerja menjadi tukang kebun ditempat anda ?"kata anak itu sementara si pemilik toko mendengarkan diam-diam.
"Oh tidak, kami sudah punya orang yang mengerjakan kebun kami "jawab suara itu dlm telpon.
"Tapi saya sangat membutuhkan pekerjaan, bagaimana kalau membayarsaya setengah gaji orang itu saja Tuan, anda bisa hemat setengah?"kata si bocah itu lagi.
"Tetap tidak bisa, karena dia sangat rajin sekali !"
"Bagaimana kalau saya tambahkan menyapu seluruh halaman anda tuan, tolonglah saya tuan !" kata si bocah itu meratap.
"Tetap tidak bisa, dia sangat rajin dan pekerja yang baik, maaf ya !"
"oh oke kalau begitu, terimakasih !" kata si bocah menutup telponnya.
Si pemilik Toko yang melihat itu sangat kasihan dengan nya, lalu ia mendekati si bocah itu dan berkata "kalau kau mau pekerjaan, aku ada banyak untuk kamu !" kata pemilik toko.
tapi si bocah itu menjawab " Tidak terimakasih.". "bukankah tadi kau sangat menginginkan sebuah pekerjaan di tempat yang kau telpon tadi ?" si Pemilik toko penasaran
"Memang benar, tetapi tahukah bapak, yang saya telpon tadi adalah rumah Majikan saya, saya cuma ingin tahu apakah pekerjaan saya benar-benar disukai atau tidak itu saja !" kata sibocah sambil berlalu dan membayar uang telpon tadi ke sipemilik toko itu.
Ya, tak lain dan tak bukan bocah itu adalah Winston Churchil, salah seorang yang pernah menjabat sebagai Perdana Mentri Inggris di jamannya, kadang ini menjadi renungan, kadang kita berpikir sudah banyak berbuat baik, tetapi saya koq dibeginikan sama orang, dibegitukan dan lain-lain, karena selama ini kita tidak intropeksi kedalam diri sendiri seperti yang Winston Churchil lakukan, dia mengintropeksi dirinya, intropeksi terhadap pekerjaannya, apa yang dilakukan apakah sudah memuaskan atau belum, jika kita mengintropeksi kedalam diri, kita pasti akan mendapati kenapa kita dibeginikan sama orang dan mulai perbaiki diri, dan sebagainya. Buddha mengajarkan untuk selalu mengintropeksi diri sendiri, "memenangi ribuan peperangan tidaklah berarti dibandingkan memenangi diri sendiri", maka self controling adalah kunci nya, liat dan intropeksi kedalam diri, jika diri kita tak sanggup, lakukan dengan bantuan orang lain, bagaimana saya, bagaimana sudah benarkah saya, ada yang salahkah disini, dan lain-lain, misalnya diri sendiri sudah benar, orang lain pasti akan ikut melihat kebenaran juga, jadi resapi kisah ini untuk diri sendiri._/\_Namste.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar