More Links

Dhamma itu indah diawalnya, indah dipertengahan, dan indah pula pada akhirnya.

Senin, 14 Mei 2012

Bukan Untuk sebuah kemarahan

      Tersebutlah terdapat seorang kakek kaya Raya yang sangat menyukai barang antik, orang kaya ini sangat sayang sekali terhadap guci kesayangannya yang sdh berumur ratusan tahun. orang kaya ini memiliki 2 orang pembantu kepercayaan mengurus rumahnya sejak ia ditinggal mati istrinya.
      Suatu hari ia mendapat undangandari temannya untuk menghadiri sebuah pameran benda kuno dinegara lain, sebelum berangkat ia berpesan kepada kedua pembantunya agar menjaga dan merawat rumahnya, terutama menjaga Guci antiknya karena nilainya dimata kolektor itu mungkin bisa milyaran rupiah. kedua pembantunya berjanji dengan baik akan menjaga dan mengurus rumah.
     Ia segera pergi menggunakan pesawat kenegri seberang untuk menghadiri Pameran tersebut, sementara 2 orang pembantunya, namanya juga pembantu, kala ditinggal majikan ia akan berbuat semaunya, mereka meresa bebas melakukan banyak hal, dan ketika si pembantu wanita sedang mengepel, ia dijahili pembantu pria yang berdandan ala wanita, kontan ia tertawa terbahak-bahak dan ia berusaha mengejar pembantu itu untuk sekedar merasa gembira.
namun pas adegan kejar-kejaran, tiba-tiba gagang sapunya terkena Guci kesayangan Tuannya, Prak,..Guci itu pecah walau tidak hancur berantakan.
Pembantu wanita : " semua gara-gara kamu, gimana kita bisa menggantinya ini kesayangan Tuan !'
Pembantu co : " Matilah kita kali ini,..cepat kita rekatkan kembali dengan lem."
Keduanya segera merekatkan lem itu pada Guci, namun Guci itu sdh tidak semulus sedia kala, lalu merekapun pasrah menantikan kemarahan dari Tuannya.
ketika Orang kaya itu kembali, ia melihat Guci kesayangannya penuh retakan dan sdh tidak indah lagi, sementara kedua pembantunya gemetaran dan menunggu amarah sang Tuan. Ia mendekati guci itu dan mengamatinya, lalu ia tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha,.kalian,.kalian,.bisa saja !"
Pembantu wanita : " Tuan Tidak memarahi kami ?" tanyanya
Orang kaya : " untuk apa??, sudah pecah ya sudah, ha ha ha,..kalian kemarilah, aku jelaskan awal aq membeli Guci ini, adalah untuk ku nikmati keindahannya, juga nuansa seninya, bukan untuk kemarahan aku membeli Guci ini, kalian berusaha menyatukannya kembali sehingga tampak indah dan hidup  bagiku !"
kedua pembantunya bersujud dihadapan Orang kaya itu dan berterimakasih karena hal dipikiran mereka yang akan kena omelan bahkan bisa saja pemecatan tidak terjadi.
seperti kisah diatas, kadang kita lupa Tujuan awal kita membeli barang kesayangan kita, sehingga kita melekatkan pikiran kita terhadap barang tersebut, begitu barang itu rusa oleh orang lain, kita pasti marah, emosi, bahkan ada kasus seorang ayah sampai memukuli anaknya yang masih kecil sampai mati karena anaknya menggores mobil kesayangannya dengan sebuah crayon. sesungguhnya kita telah memelihara kemarahan dlm diri kita, memberimakan kemarahan itu sehingga semakin besar, ingatlah jika kita akan marah dengan seseorang, apalagi dg suami atau istri, ingatlah selalu, jika kemarahan muncul, aku menikah dengannya bukan untuk kemarahan, aku menikah dengannya berdasarkan cinta. jadi intinya, bukan untuk sebuah kemarahan kita hidup didunia Namaste _/\_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar