More Links

Dhamma itu indah diawalnya, indah dipertengahan, dan indah pula pada akhirnya.

Jumat, 08 Juli 2011

Kisah si kopi

Aku adalah sebuah biji kopi yang diambil dari sebuah perkebunan, begitu aku mulai dewasa, aku disangrai dan mulai digiling sampai halus dengan mesin sampai tubuhku bercampur dengan saudara-saudaraku yang lain.
Aku dibawa oleh sebuah mobil truk, lalu aku diturunkan sebagian kesebuah pasar tradisional, dan aku selalu dibeli untuk warung-warung kecil. dan hargaku begitu diseduh dengan air panas adalah dua ribu perak pergelas.
Lalu kemudian Truk membawaku kesebuah Pabrikan, disana aku dikemas dan dibungkus, dan aku mulai dijual dengan harga tujuh ribu perak. aku suka dengan tubuhku yang dibungkus ini membuat aku terlihat keren dan bisa mejeng disupermarket terkenal.
Kemudian truk membawaku kesebuah Mall, aku diturunkan disana, wah, mal yang penuh glamor, kulihat ada sebuah merek menjadi ikon ku, starbuck, wah sebuah nama yang keren, tau nggak aku disini disuguhkan hargaku bisa mencapai limapuluh ribu rupiah.

Nah pertanyaannya setelah kita baca kisah si kopi, kenapa harganya bisa berbeda-beda ?
demikian juga dengan kita pergaulan dan lingkungan lah yang menentukan kita, sama dengan kopi, kita juga bisa menjadi sangat berharga dan tak ternilai, Buddha memberijalan agar kita selalu bergaul dengan para bijaksana, dan menghindari bergaul dengan orang yang salah jalan.
jika kita ingin bahagia, dimana posisi anda saat ini, andalah yang menentukan sendiri menjadi apa anda kelak, mari jadikan diri kita tak ternilai dengan kebajikan _/\_Mettacittena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar